Cara Mengatasi Bisikan Hati Menghina Allah dalam Islam | Konsultasi Muslim
Tidak bisa dipungkiri bahwa
setan akan terus mengganggu anak cucu Adam sampai kapanpun, mereka akan terus
berusaha menyesatkan manusia dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
membisikkan ke dalam hati manusia untuk menghina Allah, Rasulullah ataupun mengucapkan
sesuatu yang bisa mengeluarkan seseorang dari agamanya.
Allah berfirman :
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي
لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ، ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ
أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا
تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
(QS. Al-A’raf : 16-17).
Imam Al-Mawardi rohimahullah
mengomentari ayat di atas di dalam tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun :
{مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ} أي
أشككهم في آخرتهم , {وَمِنْ خَلْفِهِمْ} أرغبهم في دنياهم , {وَعَنْ
أَيْمَانِهِمْ}: أي من قبل حسناتهم , {وَعَن شَمَآئِلِهِم} من قبل سيئاتهم , قاله
ابن عباس
)Dari depan mereka} yaitu,
saya meragukan mereka tentang akhirat mereka, (dan di belakang mereka) saya akan
menjadikan mereka menginginkan dunia mereka, (dan pada iman mereka): yaitu,
sebelum perbuatan baik mereka, {dan di sebelah kiri mereka} sebelum perbuatan
buruk mereka. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas. (An-Nukat wal ‘Uyun, jilid 2
halaman 207).
Maka dari itu was-was atau
bisikan menghina Allah dan Rasulullah ke dalam hati manusia berasal dari setan,
dan mereka menginginkan manusia tersesat dari jalan yang lurus.
Hal ini sebenarnya pernah
juga terjadi kepada sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ketika itu para
sahabat mengadukannya kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berikut beberapa dalil yang
menjelaskan tentang itu :
1. Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa ada sekelompok sahabat mendatangi baginda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata :
إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا
يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِهِ، قَالَ: «وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟»
قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ»
Kami menjumpai dalam diri
kami lintasan yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya.’ Beliau
bertanya kepada mereka : “Benar kalian menjumpai perasaan itu?” Itu bukti
adanya iman. (HR. Muslim, hadits no. 132).
2. Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ
فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ
رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Setan mendatangi kalian dan
membisikkan : “Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?” sampai
akhirnya dia membisikkan : “Siapa yang menciptakan Tuhanmu?” jika sudah
demikian, segeralah minta perlindungan kepada Allah, dan berhenti (tidak
memikirkannya). (HR. Bukhari, hadits no. 3276).
3. Dari Abu Hurairah rodhiyallahu
‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي
ما حَدَّثَتْ بِهِ أنْفُسَها ما لَمْ تَتَكَلَّم بِهِ أوْ تَعْمَلْ
Sesungguhnya Allah
mengampuni untuk umatku terhadap apa yang terlintas dalam hatinya, selama tidak
diucapkan atau dikerjakan. (HR. Muslim, hadits no. 127).
Imam An-Nawawi rohimahullah
berkata di dalam kitabnya Adzkar :
قالوا: وسواءٌ كان ذلك الخاطِرُ
غِيبة أو كفراً أو غيرَه، فمن خطرَ له الكفرُ مجرّد خَطَرٍ من غير تعمّدٍ لتحصيله،
ثم صَرفه في الحال، فليس بكافر، ولا شئ عليه
Para ulama mengatakan, baik
bisikan itu berupa ghibah, atau kekufuran, atau yang lainnya. Siapa yang
terlintas dalam hatinya kekufuran, dan hanya sebatas lintasan tanpa sengaja
muncul, kemudian segera dia hilangkan, maka dia tidak kafir, dan tidak bersalah
sedikitpun. (Al-Adzkar, jilid 1 halaman 345).
Ketika bisikan muncul
di hati dan pikiran seorang muslim, maka 3 hal yang harus dia lakukan :
1. Berlindung kepada Allah
dengan mengucapkan Ta’awudz dan jangan dihiraukan
Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ
فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ
رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
Setan mendatangi kalian dan
membisikkan : “Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?” sampai
akhirnya dia membisikkan : “Siapa yang menciptakan Tuhanmu?” jika sudah
demikian, segeralah minta perlindungan kepada Allah, dan berhenti (tidak
memikirkannya). (HR. Bukhari, hadits no. 3276).
Dia membaca :
Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah. Terus menerus membaca ta’awudz
sebanyak-banyaknya sampai lintasan buruk tersebut hilang dari pikirannya.
Setelah ta’awudz, jangan
hiraukan lintasan pikiran tersebut. Biarkan saja dan jangan dipikirkan. Apalagi
sampai mencari dalil tentang lintasan pikirannya tersebut, hanya buang waktu
saja, karena lintasan buruk tersebut dari setan yang bertujuan menyesatkan
manusia. Untuk itu jangan digubris ataupun mencari tau tentang lintasan pikiran
tersebut.
Imam An-Nawawi rohimahullah
menuqil perkataan Imam Al-Maziri sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya
Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
قَالَ الْإِمَامُ الْمَازِرِيُّ
رَحِمَهُ اللَّهُ ظَاهِرُ الْحَدِيثِ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَمَرَهُمْ أَنْ يَدْفَعُوا الْخَوَاطِرَ بِالْإِعْرَاضِ عَنْهَا وَالرَّدِّ لَهَا
مِنْ غَيْرِ اسْتِدْلَالٍ وَلَا نَظَرٍ فِي إِبْطَالِهَا
Imam Al-Maziri berkata :
Zahir hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan mereka untuk menghilangkan lintasan pikiran itu
dengan berpaling dan tidak menghiraukannya, tanpa mencari-cari dalil atau
merenungkan bantahan untuk menilai salahnya lintasan itu. (Al-Minhaj Syarah
Shahih Muslim, jilid 2 halaman 155).
InsyaAllah nanti akan hilang
dengan izin Allah jika disertai dengan membaca ta’awudz.
2. Tidak diucapkan dengan
lisan
Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa ada sekelompok sahabat mendatangi baginda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata :
إِنَّا نَجِدُ فِي أَنْفُسِنَا مَا
يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِهِ، قَالَ: «وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ؟»
قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «ذَاكَ صَرِيحُ الْإِيمَانِ»
Kami menjumpai dalam diri
kami lintasan yang sangat berat bagi kami untuk mengucapkannya.’ Beliau
bertanya kepada mereka : “Benar kalian menjumpai perasaan itu?” Itu bukti
adanya iman. (HR. Muslim, hadits no. 132).
Jika dia mendapat bisikan
atau terlintas hal yang buruk dalam pikirannya, baik lintasan pikiran yang
menghina Allah, Nabi, agama ataupun perkataan yang mendorong kepada kekufuran,
maka tidak boleh diucapkan, karena apabila dia mengucapkannya dan dia sadar ketika
mengucapkan itu, maka dia bisa menjadi kafir disebabkan mengucapkan kalimat
yang mengarahkan kepada kekufuran.
Namun, apabila lintasan
pikiran buruk tersebut ada dalam pikirannya, maka Imam An-Nawawi rohimahullah
mengatakan bahwa dia dimaafkan.
Imam An-Nawawi rohimahullah
berkata di dalam kitabnya Al-Adzkar :
فأما الخواطر، وحديث النفس، إذا لم
يستقرَّ ويستمرّ عليه صاحبُه فمعفوٌ عنه باتفاق العلماء، لأنه لا اختيارَ له في
وقوعه، ولا طريقَ له إلى الانفكاك عنه
Adapun lintasan pikiran dan
bisikan hati, apabila tidak ditetapkan dan tidak keterusan berada dalam diri
pelakunya, maka hukumnya dimaafkan menurut kesepakatan para ulama. Karena
munculnya kejadian ini di luar pilihan darinya. Dan tidak ada celah
baginya untuk menghindarinya. (Al-Adzkar, jilid 1 halaman 345).
Untuk menghindari
mengucapkan bisikan setan di dalam hati, maka seorang muslim harus
terus-terusan berdzikir kepada Allah dengan mengucapkan istighfar dan bisa
disertai dengan berwudhu agar hati lebih tenang. Jika seorang muslim terus-terusan
melantunkan dzikir kepada Allah, maka insyaAllah bisikan setan di dalam hati
tersebut akan hilang secara perlahan.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi
Posting Komentar