Hukum Mengatakan Kalau Bukan karna Fulan Pasti saya Sudah Mati | Konsultasi Muslim
Semua kejadian yang ada di
muka bumi ini terjadi atas kehendak dan izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada satupun kejadian tanpa campur tangan dari Allah, karena Allah lah
yang mengatur segala yang ada di alam semesta ini.
Allah berfirman :
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ
Tuhan langit dan bumi dan
apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Sad
: 66).
Imam Al-Baidhowi
rohimahullah mengomentari ayat di atas di dalam tafsirnya Anwar At-Tanzil wa
Asroor At-Ta’wil :
رَبُّ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَما
بَيْنَهُمَا منه خلقها وإليه أمرها. الْعَزِيزُ الذي لا يغلب إذا عاقب
Tuhan langit dan bumi dan
apa yang da di antara keduanya, darinya Allah menciptakannya dan kepadanya
Allah memerintahkannya. Al-‘Aziz (Yang Maha Perkasa) yaitu yang tidak kalah
jika dihukum. (Anwar At-Tanzil wa Asroor At-Ta’wil, jilid 5 halaman 33).
Allah lah yang mengatur
urusan makhluk, Allah lah yang mengatur alam semesta dan Allah pula lah yang
segala yang ada di bumi dan di langit beserta apa yang ada di antara keduanya.
Tidak ada satupun makhluk di muka bumi ini yang berdiri sendiri, kecuali
semuanya tunduk dan patuh di bawah kekuasaan Allah.
Kejadian yang terjadi pada
manusia, jodoh, rizki, ajal, bahagia atau sengsara, semua sudah ditetapkan
Allah di Lauh Mahfudz. Jadi, semua yang terjadi atas se izin Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Allah befirman :
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا
يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا
تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ
وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir
biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (QS. Al-An’am : 59).
Lalu bagaimana jika
mengatakan : kalau bukan karna pak sopir, saya tidak akan selamat, bolehkah
mengatakan seperti ini?
Perlu diketahui, bahwa yang
bisa mendatangkan manfaat dan mudorot di dunia ini hanyalah Allah saja,
sedangkan makhluk Allah tidak bisa mendatangkan itu semua.
Allah berfirman :
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي
نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ
الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا
إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak
berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita
gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A’raf : 188).
Imam Al-Mawardi rohimahullah
mengomentari ayat di atas di dalam tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun :
قوله عز وجل: {قُل لاَّ أَمْلِكُ
لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً} أي لا أملك القدرة عليهما من غير مانع ولا صاد
Firman
Allah ‘Azza wa Jalla : “Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik
kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan”, artinya : saya tidak
memiliki kemampuan untuk mencegah apapun. (An-Nukat wal ‘Uyun, jilid 2 halaman
285).
Beliau rohimahullah
melanjutkan :
{إِلاَّ مَا شَآءَ اللَّهُ} أن يملكني إياه
فأملكه بمشيئته
(Kecuali yang dikehendaki Allah) bahwa dia
yang memiliki saya dan saya melakukan apapun atas kehendaknya. (An-Nukat wal ‘Uyun,
jilid 2 halaman 285).
Berdasarkan ayat Al-Qur’an kemudian
tafsir ulama di atas, bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini atas
kehendak Allah, dan tidak seorang pun yang bisa mendatangkan manfaat dan
mudorot baginya dan orang lain.
Perkataan yang sering kita
dengar : “kalaulah bukan karna sopir itu, saya tidak akan berada di sini
sekarang.”
Ucapan seperti ini
mengandung unsur kesyirikan, karena menganggap dia selamat disebabkan
pertolongan sopir tersebut, padahal Allah lah yang menolongnya melalui sopir
tersebut.
Ucapan di atas termasuk
kesyirikan, hal itu sebagaimana yang disebutkan oleh sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 22. Beliau rodhiyallahu ‘anhuma berkata sebagaimana disebutkan dalam kitab At-Tamhid LI Syarhi Kitaabit Tauhid
:
قول الله تعالى: فلا تجعلوا لله
أندادا وأنتم تعلمون " [البقرة: 22] . قال ابن عباس رضي الله عنهما في الآية:
الأنداد: هو الشرك، أخفى من دبيب النمل، على صفاة سوداء في ظلمة الليل، وهو أن
تقول: والله وحياتك يا فلان، وحياتي، وتقول: لولا كليبة هذا لأتانا اللصوص، ولولا
البط في الدار لأتى اللصوص. وقول الرجل لصاحبه: ما شاء الله وشئت. وقول الرجل:
لولا الله وفلان، لا تجعل فيها فلانا، هذا كله شرك. رواه ابن أبي حاتم
Firman Allah Ta’ala : “karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah : 22). Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma mengomentari ayat ini, beliau
berkata : “Al-Andaad” (sekutu/tandingan) ini termasuk kesyirikan. Syirik
itu lebih samar dibanding semut hitam yang merayap di atas batu hitam dalam
kegelapan malam. Yaitu engkau berkata : "Demi Allah dan demi
hidupmu wahai fulan, serta demi hidupku." Dan dengan berkata : "Seandainya
bukan karena anjing kecil ini niscaya kita telah kedatangan para pencuri. Dan seandainya
bukan karena ada angsa di rumah niscaya kita telah kedatangan para
pencuri." Juga perkataan seseorang kepada temannya, "hal
itu karena kehendak Allah dan kehendakmu." Dan ucapan seseorang : "jika
bukan karena Allah dan fulan, tidaklah hal itu terjadi pada fulan." Ini
semua adalah kesyirikan.” (At-Tamhid LI Syarhi Kitaabit Tauhid, jilid 1 halaman
452).
Hati-hati, jangan
mengucapkan seperti di atas, karena ucapan tersebut mengandung kesyirikan sebagaimana
yang disebutkan oleh sahabat Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma.
Harusnya dia mengatakan : “Kalaulah
bukan karena pertolongan Allah melalui perantara sopir tersebut, tentulah saya tidak
di sini atau sudah mati sekarang.” Dan sebagainya, artinya mengatakan semua atas kehendak Allah
melalui perantara seseorang. Ucapan seperti inilah yang benar menurut syari’at Islam.
Seorang muslim harus
mengubah pengucapan di atas, karena amalan haruslah berdasarkan ilmu, tanpa
ilmu, maka amal seseorang bisa melenceng dari syari’at Islam. Seseorang harus benar-benar
yakin bahwa semua yang ada di langit dan bumi serta yang ada di alam semesta
ini di bawah kuasa Allah. Allah lah yang mengatur segalanya, jadi tidak ada
seorangpun dari makhluk Allah yang berkuasa mendatangkan manfaat dan mudorot, baik
bagi dirinya, maupun kepada orang lain, karena itu semua atas kehendak Allah
Subhanahu wa Ta’ala, karena Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu, termasuk
mendatangkan manfaat dan mudorot.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi
Posting Komentar