3 Cara Seorang Muslim Menentramkan Hati dalam Menghadapi Ujian Menurut Islam | Konsultasi Muslim
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum wr.wb pak
ustadz.
Sebelumnya saya izin
bertanya.
ketika ditimpa penyakit yang
belum kunjung sembuh, sebagai seorang muslim bagaimanakah cara kita
menyikapinya hingga hati kita bisa menjadi lebih tenang, damai dalam
menerimanya?
Dan apakah penyakit itu bisa
disebabkan juga dari dosa-dosa yang dilakukan dimasa lalu?
Sebelumnya saya haturkan
terima kasih atas jawabannya.
Dari: Rahmatullah
Dijawab oleh :
Fastabikul Randa Ar-Riyawi حفظه الله تعالى melalui tanya
jawab grup Kajian Whatsapp
Wa’alaikumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh.
Hidup di dunia tidak akan pernah terlepas dari ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, siapapun dia, orang kaya, miskin, berpangkat maupun tidak, besar, kecil, semua pasti akan merasakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Anbiya’: 35).
Imam Ibnu Katsir
rohimahullah mengomentari ayat di atas di dalam tafsinya Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim:
وَقَوْلُهُ: {وَنَبْلُوكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً} أَيْ: نَخْتَبِرُكُمْ بِالْمَصَائِبِ تَارَةً،
وَبِالنِّعَمِ أُخْرَى، لِنَنْظُرَ مَنْ يَشْكُرُ وَمَنْ يَكْفُرُ، وَمَنْ
يَصْبِرُ وَمَنْ يَقْنَطُ
Firman Allah: (Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya).
Artinya: Kami akan menguji kalian dengan bencana dan kadang-kadang dengan
kenikmatan yang lain, agar kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang
ingkar, siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim,
jilid 5 halaman 342).
Sebagai seorang muslim, haruslah
meyakini bahwa ujian dari Allah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada
hamba-Nya dan Allah pasti punya tujuan kenapa Dia menguji hamba-Nya tersebut.
Lalu bagaimana sikap seorang
muslim ketika ditimpa musibah?
Allah berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا
بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada suatu musibah pun
yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Thagabun: 11).
Imam Ibnu Katsir
rohimahullah mengomentari ayat di atas di dalam tafsirnya Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim:
وَمَنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ
فَعَلِمَ أَنَّهَا بِقَضَاءِ اللَّهِ وَقَدَرِهِ، فَصَبَرَ وَاحْتَسَبَ
وَاسْتَسْلَمَ لِقَضَاءِ اللَّهِ، هَدَى اللَّهُ قَلْبَهُ، وعَوَّضه عَمَّا
فَاتَهُ مِنَ الدُّنْيَا هُدى فِي قَلْبِهِ، وَيَقِينًا صَادِقًا، وَقَدْ يُخْلِفُ
عَلَيْهِ مَا كَانَ أَخَذَ مِنْهُ، أَوْ خَيْرًا مِنْهُ
Dan barangsiapa yang ditimpa
musibah dan dia meyakini bahwa musibah itu merupakan ketentuan dan takdir Allah,
kemudian dia bersabar dan mengharapkan balasan dari Allah, dan berserah diri
kepada ketentuan Allah, maka Allah akan memberikan petunjuk ke dalam hatinya
dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan
yang benar dalam hatinya, dan kadang-kadang Allah akan mengganti apa yang hilang
dengan sesuatu yang lebih baik baginya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, jilid 8
halaman 137).
Berdasarkan ayat dan pendapat
ulama di atas, bahwa sikap yang harus dilakukan seorang muslim dalam menghadapi
ujian dari Allah adalah:
1. Bersabar dalam
menghadapinya, karena jika seorang muslim bersabar menghadapi ujian dari Allah,
maka Allah akan memberikan petunjuk ke dalam hatinya sebagaimana yang dikatakan
oleh imam Ibnu Katsir di atas.
2. Ridho dan percaya bahwa
musibah yang menimpanya merupakan ketentuan dan takdir dari Allah, kemudian
selain itu dia bersabar, maka dia bukan hanya diberikan petunjuk ke dalam
hatinya, melainkan Allah akan mengganti musibah dunia yang menimpanya dengan
petunjuk dan keyakinan yang benar di dalam hatinya dan Allah bisa saja
mengganti dengan sesuatu yang lebih baik baginya.
3. Allah menguji hamba-Nya
untuk mengetahui siapa yang tetap bersyukur dan siapa yang ingkar dan berputus
asa. Barangsiapa yang bersyukur maka tentu Allah akan menambahkan kebaikan
kepadanya, dan siapa yang ingkar serta berputus asa, maka Allah akan murka
terhadap orang yang ingkar.
Dalil orang yang bersabar
akan mendapatkan kesudahan yang baik dari Allah:
Allah berfirman:
فَاصْبِرْ ۖ إِنَّ الْعَاقِبَةَ
لِلْمُتَّقِينَ
Maka bersabarlah;
sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS.
Hud: 49).
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ، الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ
رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Orang yang yang tidak ridho
dengan ujian Allah, maka Allah akan murka kepadanya:
Dari Anas bin Malik
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ
البَلاَءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ
فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Sesungguhnya pahala besar
karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu
kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka
ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah
pun akan murka. (HR. At-Tirmidzi, hadits no. 2396).
Inilah akibat seseorang
tidak ridho dengan ujian dari Allah, di mana Allah akan
murka kepadanya.
Ketahuilah bahwa Allah
menguji seorang hamba karena Allah mencintai hamba-Nya tersebut. Maka sudah
sepatutnya sebagai seorang muslim tidak mengeluh serta tetap berprasangka baik
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika 3 perkara di atas diterapkan,
maka insyaAllah hati kita bisa menjadi tenang dan menerima ujian dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Apakah penyakit itu bisa
disebabkan dari dosa-dosa yang dilakukan di masa lalu?
Allah akan mengampuni dosa-dosa
setiap manusia yang bertaubat kepada-Nya, baik dilakukan secara sengaja maupun
tidak. Ketika seorang muslim bertaubat, maka Allah akan mengampuninya.
Allah berfirman:
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ
لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ
فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Sesungguhnya taubat di sisi
Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran
kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah
yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. An-Nisa: 17).
Imam Al-Mawardi rohimahullah
mengomentari ayat di atas di dalam tafsirnya An-Nukat wal ‘Uyun:
{ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ} فيه ثلاثة
تأويلات: أحدها: ثم يتوبون في صحتهم قبل موتهم , وقبل مرضهم , وهذا قول ابن عباس ,
والسدي. والثاني: قبل معاينة مَلَكِ الموت , وهو قول الضحاك , وأبي مجلز. والثالث:
قبل الموت , قال عكرمة: الدنيا كلها قريب
(Yang
kemudian mereka bertaubat dengan segera). Mengenai ini ada 3 tafsiran: 1. Mereka
bertaubat dalam keadaan mereka sehat sebelum mati dan sebelum mereka sakit. Ini
adalah pendapat Ibnu ‘Abbas dan As-Sady. 2. Sebelum melihat malaikat maut. Ini
adalah pendapat Ad-Dohak dan Abi Mijlaz. 3. Sebelum mati. ‘Ikrimah berkata:
Dunia itu seluruhnya sudah dekat. (An-Nukat wal ‘Uyun, jilid 1 halaman 464).
Berdasarkan ayat dan
pendapat ulama di atas, apabila seorang muslim bertaubat sebelum mati, maka
dosa-dosanya diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika dosanya diampuni oleh
Allah, maka tidak lantas Allah menguji manusia disebabkan dosa-dosanya di masa
lampau, karena dia sudah bertaubat kepada Allah.
Dari Abu Dzar rodhiyallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun kau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau
melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain
dengan akhlak yang baik. (HR. At-Tirmidzi, hadits no. 1987).
Jika seorang muslim
mengerjakan kebaikan, maka Allah akan menghapus dosanya tersebut setelah
melakukan kebaikan tersebut. Jadi penyakit yang diderita pada seseorang
merupakan ketentuan dari Allah, bukan disebabkan dosa-dosanya di masa lalu.
Semoga bisa dipahami.
Wallahul Musta’an.
Posting Komentar