Cara Meminta Maaf kepada Orang yang Tidak Tau Keberadaannya dalam Islam | Konsultasi Muslim
Pertanyaan:
Assalamualaikum pak ustadz.
Izin bertanya.
Alhamdulillah.
Pertama saat ini saya ada
perasaan bimbang dan takut pak ustadz, saya bekerja sebagai customer service
yang didalamnya ada tekanan mesti banyak closingnya, dulu saya pernah hingga
mendzolimi dan membohongi orang lain
demi supaya closing banyak.
Dan saat ini saya sangat
menyesalinya, dan berpikir sebegitu buruknya hablum minannas saya dan sekarang
Alhamdulillah saya tidak melakukannya lagi.
Saya takut nanti di akhirat
orang yang mungkin saya dzolimi minta balasannya.
Dan saya pengen minta maaf
kesemuanya yang pernah saya bohongi, dan permasalahan saya tidak mampu untuk
itu dikarenakan saya udah gak tau lagi nomor2nya dan sangat menyesalinya.
Bagaimanakah cara saya
memohon ampunan kepada Alloh dan menyelesaikannya atas dosa2 yang pernah saya
lakukan itu?
Mohon saran dan arahannya
pak ustadz.
Kedua saya ini laki laki dan
bekerja sebagai cs, dan mengaku sebagai wanita/alias nama wanita, bukan nama
saya asli, bagaimana itu hukumnya pak ustadz?
Semoga ustadz selalu dalam
lindungan Alloh SWT.
Dari: Fulan
Dijawab oleh :
Fastabikul Randa Ar-Riyawi حفظه الله تعالى melalui tanya
jawab grup Kajian Whatsapp
Wa’alaikumussalam
Warohmatullahi Wabarokatuh.
1.
Islam memerintahkan agar seorang muslim selalu berkata jujur dan melarang
berbuat bohong serta kecurangan.
Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS.
At-Taubah: 119).
Dari
‘Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ،
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى
الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Hendaklah kalian senantiasa
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa
berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena
sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan
mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. Muslim,
hadits no. 2607).
Tindakan membohongi orang
lain untuk mendapatkan keuntungan pribadi sangatlah terlarang di dalam Islam.
Selain perbuatan bohong kecurangan dan tindakan zolim juga termasuk dalam
perbuatan semacam ini. Sedangkan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan kepada setiap pelaku kecurangan, bahwa siapa saja yang berlaku
curang, maka bukan termasuk golongan beliau.
Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
Barangsiapa yang menipu
kami, maka ia tidak termasuk golongan kami. (HR. Muslim, hadits no. 101).
Begitu juga larangan berbuat
zolim kepada sesama manusia, haram hukumnya bagi seorang muslim melakukan
perbuatan tersebut.
Allah berfirman:
وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا
أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Dan begitulah azab Tuhanmu,
apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya
azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (QS. Hud: 102).
Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ
لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ
أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ
مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ
سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Siapa yang pernah berbuat
aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah
dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari
yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka
(nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya
sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan
saudaranya yang dizhaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya. (HR.
Bukhari, hadits no. 2449).
Oleh sebab itu, semua
perbuatan di atas haram hukumnya dan tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim.
Jika pernah melakukan semua perbuatan di atas, maka hendaklah dia meminta maaf
kepada yang bersangkutan sewaktu di dunia.
Bagaimana jika sudah tidak tau
keberadaanya? Apa yang harus dilakukan?
Jika orang yang dibohongi,
dicurangi serta dizolimi sudah kehilangan kontaknya, maka cara terbaik untuk
meminta maaf adalah dengan mendo’akannya.
Imam An-Nawawi rohimahullah memberikan
cara untuk meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dan tidak tau di mana
dia berada, entah pernah mengghibahnya, membohonginya, mencuranginya,
menzaliminya atau melakukan perbuatan yang bisa merugikan orang tersebut dan tidak
tau di mana dia berada, maka cara meminta maaf yaitu:
فإن كان صاحبُ الغيبةِ ميّتاً أو غائباً
فقد تعذّرَ تحصيلُ البراءة منها، لكن قال العلماء: ينبغي أن يُكثرَ من الاستغفار
له والدعاء ويُكثر من الحسنات
Apabila orang yang pernah dighibahi
itu mati atau tidak diketahui keberadaannya sehingga tidak bisa meminta maaf kepadanya,
maka para ulama berkata: “hendaknya dia memperbanyak istighfar untuknya,
mendoakannya, dan memperbanyak berbuat kebaikan.” (Al-Adzkar, jilid 1 halaman
346).
Perinciannya sebagai berikut:
1. Memperbanyak istighfar
(meminta ampun kepada Allah) untuk orang yang pernah disakiti tersebut.
2. Mendo’akan kebaikan kepada
Allah untuknya.
3. Memperbanyak berbuat kebaikan.
Inilah cara untuk meminta
maaf kepada orang yang tidak tau keberadaanya sementara kita pernah berbuat
salah kepadanya.
2. Begitu pula laki-laki
yang mengaku sebagai wanita, ini merupakan bentuk kebohongan dan tidak boleh
dilakukan seorang muslim.
Cara bertaubatnya sama dengan
di atas, yaitu dengan meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Apabila
tidak tau keberadaannya, maka dia juga harus memperbanyak meminta ampun kepada
Allah untuk orang yang pernah disakiti tersebut, mendo’akan kebaikan untuknya
serta memperbanyak berbuat kebaikan.
Semoga bisa dipahami.
Wallahul Musta’an.
Posting Komentar